Leadership Management
Autor: Adnan • May 11, 2018 • 3,971 Words (16 Pages) • 812 Views
...
Openness to Experience (keterbukaan terhadap pengalaman) merupakan dimensi yang terakhir. Keterbukaan terhadap pengalaman merupakan tingkat seseorang yang memiliki keterbukaan terhadap berbagai kepentingan, kreatif, imajinatif, dan mau mempertimbangkan ide-ide baru. Orang-orang yang memiliki tingkat dimensi yang tinggi akan sering mencari pengalaman melalui berbagai macam cara. Dengan memiliki keterbukaan terhadap pengalaman-pengalaman yang ada, akan membawa mereka untuk mampu beradaptasi dengan situasi-situasi yang tidak menentu.
Nilai-nilai yang terdapat pada dimensi Big Five ini mampu membantu para pemimpin untuk memahami dimensi kepribadian mereka dan belajar untuk menegaskan nilai positif dan mengurangi aspek-aspek negatif yang ada pada gaya alami mereka. Banyak faktor yang memiliki kontribusi terhadap kepemimpinan yang efektif. Faktor situasional juga menentukan sifat-sifat apa saja yang paling penting. Selain itu kecerdasan, pengetahuan bisnis, nilai dan sikap, serta perbedaan kognitif juga merupakan faktor yang mempengaruhi tipe kepemimpinan seseorang.
Ciri-ciri Kepribadian dan Perilaku Pemimpin
Dua atribut kepribadian yang spesifik memiliki dampak yang signifikan terhadap perilaku seseorang adalah locus of control dan authoritarianism.
Lokus Kendali (Locus of Control). Terdapat dua tipe orang di dunia ini. Tipe yang pertama, mereka percaya bahwa mereka dapat mengendalikan nasibnya sendiri sehingga tindakan mereka mempengaruhi apa yang terjadi pada diri mereka. Sedangkan tipe yang kedua, mereka hanya memiliki sedikit kendali atas nasibnya sehingga apa yang terjadi pada dirinya adalah hasil dari keberuntungan, kesempatan, peristiwa, atau orang-orang di sekitarnya.
Lokus kendali (locus of control) adalah keyakinan seseorang dimana orang tersebut menempatkan tanggung jawab utama di dalam atau diluar diri mereka. Lokus kendali dibedakan menjadi dua yaitu lokus kendali internal dan lokus kendali eksternal. Orang yang percaya bahwa tindakan mereka menentukan apa yang terjadi pada dirinya maka mereka memiliki kendali internal yang tinggi, sedangkan mereka yang percaya bahwa kekuatan luar menentukan apa yang terjadi pada dirinya maka mereka memiliki kendali eksternal yang tinggi.
Penelitian telah menunjukkan perbedaan nyata antara perilaku internal dan eksternal di berbagai bidang. Lokus kendali secara internal pada umumnya lebih motivasi diri, memiliki kontrol yang baik dari perilaku mereka sendiri, lebih berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan politik, dan lebih aktif mencari informasi. Selain itu, internal lebih mampu menangani informasi dan pemecahan masalah yang kompleks, lebih berorientasi pada prestasi, dan mungkin lebih bisa mempengaruhi orang lain dibandingkan eksternal. Sehingga dengan demikian internal lebih cenderung untuk mengambil atau mencari peluang kepemimpinan.
Orang dengan lokus kendali eksternal yang tinggi biasanya lebih memilih untuk memiliki struktur dan situasi kerja yang terarah. Mereka mampu lebih baik untuk menangani pekerjaan yang membutuhkan penyesuaian, tetapi umumnya mereka tidak efektif dalam situasi yang membutuhkan inisiatif, kreativitas, dan tindakan independen. Oleh karena itu, ketika eksternal melakukan sesuatu yang terbaik dalam situasi di mana kesuksesan tergantung pada arahan atau bimbingan orang lain, mereka cenderung untuk menikmati posisi kepemimpinan.
Authoritarianism merupakan suatu keyakinan bahwa kekuasaan dan status perbedaan harus ada dalam sebuah organisasi. Individu yang memiliki authoritarianism tingkat tinggi dari sifat kepribadian ini, cenderung untuk mematuhi aturan dan nilai-nilai konvensional, mematuhi otoritas yang ada, menghormati kekuatan dan ketangguhan, menilai orang lain secara kritis, dan tidak menyetujui ekspresi perasaan pribadi. Gelar pemimpin dari authoritariansm akan mempengaruhi bagaimana pemimpin menggunakan dan berbagi kekuasaan. Seorang pemimpin yang sangat otoriter cenderung bergantung pada kekuasaan formal dan tidak ingin berbagi kekuasaan dengan bawahan.
Paradigma kepemimpinan baru mengharuskan para pemimpin untuk kurang otoriter, meskipun orang-orang yang memiliki authoritarianism tingkat tinggi pada sifat kepribadian ini dapat menjadi pemimpin yang efektif. Pemimpin juga harus memahami sejauh mana pengikutnya memiliki authoritarianism yang mempengaruhi bagaimana reaksinya terhadap penggunaan kekuasaan dan otoritas pemimpin. Ketika para pemimpin dan pengikutnya berbeda authoritarianism, maka kepemimpinan yang efektif mungkin lebih sulit dicapai.
Dogmatisme merupakan sebuah sifat yang terkait erat dengan authoritarianism yang mengacu pada keterbukaan seseorang untuk ide-ide dan pendapat orang lain. Seseorang yang sangat dogmatis berpikiran tertutup dan tidak menerima ide orang lain. Ketika dalam posisi kepemimpinan, individu dogmatis sering membuat keputusan cepat berdasarkan informasi yang terbatas dan mereka mau menerima ide-ide yang bertentangan dengan pendapat dan keputusan mereka. Di sisi lain, para pemimpin yang efektif umumnya memiliki tingkat dogmatisme yang lebih rendah, yang berarti mereka berpikiran terbuka dan mau menerima ide-ide lain.
Memahami bagaimana ciri-ciri kepribadian dan dimensi untuk mempengaruhi perilaku dapat menjadi aset berharga untuk para pemimpin. Pengetahuan tentang perbedaan individu memberikan pemimpin wawasan berharga terhadap perilaku mereka sendiri serta pengikutnya. Pemimpin dapat mengidentifikasi situasi dan membuat perubahan sehingga bermanfaat untuk organisasi.
Nilai dan Sikap
Nilai Instrumental dan Nilai Akhir
Nilai adalah kepercayaan atau keyakinan dasar yang dianggap penting oleh seseorang, yang stabil dari waktu ke waktu, dan memberikan dampak pada sikap, persepsi, dan perilaku. Nilai merupakan dasar menyelesaikan suatu masalah dengan caranya sendiri. Baik sadar atau tidak, secara konstan kita menilai sesuatu, orang, atau ide sebagai hal yang baik atau buruk, nyaman atau tidak nyaman, etis atau tidak etis, dan seterusnya. Ketika seseorang memiliki nilai yang kuat di lingkungan tertentu, nilai tersebut memberikan pengaruh yang kuat terhadap perilaku. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki nilai kejujuran dan integritas yang tinggi akan kehilangan respek serta mengurangi komitmen dan kinerjanya bagi seorang pemimpin yang mengatakan “kebohongan kecil.”
Ilmuwan social Milton Rokeach mengembangkan sebuah daftar dari 18 nilai instrumental dan 18 nilai akhir yang telah ditemukan secara universal di lintas budaya. Nilai akhir atau nilai terminal, merupakan kepercayaan atau keyakinan mengenai jenis tujuan atau hasil yang layak dicoba untuk dicapai. Sebagai contoh, beberapa orang menilai
...