Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Multiple Intelligent
Autor: Mikki • January 24, 2018 • 4,246 Words (17 Pages) • 863 Views
...
Berkaitan dengan pembelajaran yang memperhatikan keragaman potensi peserta didik, telah muncul teori yang relevan dengan prinsip pembelajaran tersebut. Teori ini dikemukakan oleh Howard Gagner yang diberi nama teori Multiple Intelligence. Lahirnya teori Multiple Intelligence Gagner memunculkan paradigma baru pendidikan dan pembelajaran, terutama berkaitan dengan konsep kecerdasan.
Pada awalnya, orientasi pendidikan dan pembelajaran lebih mengarah kepada pengembangan kecerdasan intelektual. IQ menjadi satu-satunya ukuran kecerdasan. Keragaman individu dalam aspek kecerdasan kurang mendapat perhatian. Padahal fakta menunjukkan bahwa orang yang sukses dalam hidupnya tidak selalu tergantung pada tingkat kecerdasan intelektualnya. Kesuksesan hidup seseorang banyak terjadi dalam berbagai bidang. Ada yang sukses di bidang seni, olah raga, sosial, dan lain sebagainya.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Howard Gardner, ada delapan kecerdasan manusia yang dapat dikembangkan. Kecerdasan-kecerdasan tersebut dikenal dengan istilah Multiple Intelligence (Kecerdasan Majemuk) yang di dalamnya mencakup kecerdasan linguistik, kecerdasan matematis-logis, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetis, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis.[7]
Makalah ini mencoba memaparkan model pembelajaran bahasa Arab berdasarkan prinsip-prinsip teori Multiple Intelligence. Pertanyaan yang dapat diajukan adalah bagaimana penerapan prinsip-prinsip teori Multiple Intelligence dalam pembelajaran bahasa Arab? Melalui analisis dan pemaparan prinsip-prinsip teori Multiple Intelligence, maka diharapkan dapat ditemukan model pembelajaran bahasa Arab yang efektif.
- Konsep Dasar Teori Multiple Intelligence
- Pengertian Kecerdasan
Secara umum, kecerdasan merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan merencanakan, menalar, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu yang mampu diukur dengan menggunakan alat psikometri yang biasa disebut sebagai tes IQ.[8]
Konsep klasik mengenai kecerdasan tersebut berbeda dengan konsep kecerdasan yang ditawarkan oleh Howard Gardner, seorang Co-Director of Project Zero dan Profesor Pendidikan di Harvard University. Dalam hal ini, Gardner telah mendobrak tradisi umum teori kecerdasan yang menganut dua asumsi dasar bahwa kognisi manusia itu bersifat satuan dan bahwa setiap individu dapat dijelaskan sebagai makhluk yang memiliki kecerdasan yang dapat diukur dan tunggal.[9]
Berbeda dari konsep kecerdasan klasik tersebut, teori Multiple Intelligence, sebagaimana dikemukakan Gardner, menegaskan bahwa kecerdasan dapat dimaknai sebagai berikut[10]:
- Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia.
- Kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan.
- Kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan jasa yang akan menimbulkan penghargaan dalam budaya seseorang.
Berdasarkan pengertian tersebut, kecerdasan bukanlah merupakan suatu kemampuan tunggal yang dapat diukur dari kemampuan menjawab soal-soal tes IQ dalam ruang tertutup yang terlepas dari lingkungannya, tetapi lebih pada kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah dan kesulitan yang ditemui dalam hidupnya.
Dengan konsep tersebut maka pembelajaran perlu mengapresiasi dan mengembangkan keragaman kecerdasan yang dimiliki peserta didik. Dengan konsep itu maka proses pembelajaran menjadi lebih bersifat human, dan mampu memberikan peluang kepada setiap peserta didik untuk berkembang sesuai dengan potensi dasar yang dimiliki.
- Dimensi Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence)
Berbeda dari teori kecerdasan klasik yang memandang kecerdasan manusia bersifat tunggal, teori Multiple Intelligence memandang kecerdasan manusia tidak tunggal tetapi bersifat jamak. Gardner, pencetus teori Multiple Intelligence membagi kecerdasan menjadi delapan kecerdasan, yaitu kecerdasan spasial, linguistik, interpersonal, musikal, natural, badani kinestetik, intrapersonal, dan logis matematis atau yang lebih sering disingkat dengan sebutan SLIM N BIL.
Kecerdasan-kecerdasan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:[11]
- Kecerdasan Spasial
Kecerdasan jenis ini merupakan kemampuan mempersepsi dunia spasial-visual secara akurat (misalnya, sebagai pemburu, pramuka) dan mentransformasikan persepsi dunia spasi-visual tersebut (misalnya, dekorator interior, arsitek, seniman). Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap warna, garis, bentuk, ruang dan hubungan antar unsur tersebut. Kecerdasan ini meliputi kemampuan membayangkan, mempresentasikan ide secara visual atau spasial, dan mengorientasikan diri secara tepat dalam matriks spasial. Orang yang memiliki kecerdasan jenis ini cenderung berpikir dalam atau dengan gambar dan cenderung mudah belajar melalui sajian-sajian visual seperti film, gambar, video, dan peragaan yang menggunakan model dan slide.
- Kecerdasan Linguistik
Kecerdasan linguistik merupakan kemampuan menggunakan kata secara efektif, baik secara lisan (misalnya pendongeng, orator) maupun tertulis (misalnya sastrawan, wartawan). Kecerdasan ini meliputi kemampuan memanipulasi tata bahasa dan struktur bahasa, fonologi atau bunyi bahasa, semantik atau makna bahasa, dimensi pragmatik atau penggunaan praktis bahasa. Penggunaan bahasa ini antara lain mencakup retorika (penggunaan bahasa untuk mempengaruhi orang lain melakukan tindakan tertentu), mnemonic/hafalan (penggunaan bahasa untuk mengingat informasi), eksplanasi (penggunaan bahasa untuk memberi informasi), dan metabahasa (penggunaan bahasa untuk membahas bahasa itu sendiri).
- Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan ini merupakan kemampuan mempersepsi dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi, serta perasaan orang lain. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada ekspresi wajah, suara, gerak-isyarat; kemampuan membedakan berbagai macam tanda interpersonal; dan kemampuan menanggapi secara efektif tanda tersebut dengan tindakan pragmatis tertentu (misalnya, mempengaruhi sekelompok orang untuk melakukan tindakan tertentu).
Kecerdasan jenis ini ditampakkan pada kegembiraan berteman dan kesenangan dalam berbagai macam aktivitas sosial serta ketaknyamanan dalam kesendirian.
...