Gerakan Nasional Non Tunai
Autor: Adnan • April 25, 2018 • 2,077 Words (9 Pages) • 697 Views
...
GNNT memang memiliki banyak manfaat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memiliki banyak potensi untuk berkembang di Indonesia. Namun, dengan manfaat yang dapat dirasakan masyarakat, ada pula risiko yang harus diantisipasi, serta hambatan-hambatan dalam mencapai cashless society.
Berbagai kelemahan dari GNNT antara lain sebagai berikut:
- Mendorong konsumerisme. Contohnya dengan penggunaan kartu kredit. Masyarakat yang tidak memiliki cukup uang untuk berbelanja barang akan tetap membeli barang tersebut dan akhirnya menimbulkan masalah baru yaitu pemakaian over limit kartu kredit yang menimbulkan pengguna kartu kredit ini tidak dapat membayar hutang pokok dan bunga akibat lebih besar pengeluaran daripada pendapatan yang akhirnya masyarakat akan kehilangan harta benda (penyitaan/dijual) untuk melunasi pokok hutang dan bunga.
- Transaksi non tunai ini bergantung pada teknologi, sehingga pada saat terjadi error pada system pusat transaksi yang menggandalkan non tunai ini akan terhambat transaksinya karena transaksi yang dilakukan semuanya diprogram oleh sistem. Contoh (real) pada saat terjadi gangguan sistem pada kantor pusat (offline), maka transaksi yang ingin dilakukan nasabah tertunda sehingga nasabah harus kembali dilain waktu untuk melakukan transaksi tersebut. Salah satu contoh lain saat seorang pemilik kartu BPJS ingin membayar iuran bulanan pada kantor bank yang ditunjuk, ketika offline terjadi di bank tsb maka tsb harus datang lagi dilain waktu untuk membayarnya sehingga kejadian ini membuat waktu seseorang terbuang untuk datang dilain waktu.
- Walaupun transaksi non-tunai dinilai lebih efisien, akan ada biaya-biaya tertentu yang harus dibebankan untuk transaksi non-tunai, berbeda dengan memegang uang dalam bentuk tunai/uang kartal yang tidak memiliki biaya. Contohnya biaya administrasi untuk simpanan dan biaya bulanan untuk kartu kredit. Suatu cashless society akan memiliki infrastruktur pemrosesan yang berbeda dan tentunya akan memiliki biaya terkait.
- Risiko peretasan (hacking) dan pembobolan. Walaupun teknologi keamanan terus menerus dikembangkan, ada saja pihak-pihak yang terus-menerus mencari celah untuk melakukan tindak kriminal. Bulan Agustus 2015 yang lalu, Polisi menangkap 5 pria yang terbukti menggasak uang di rekening tabungan 13 nasabah Bank Central Asia (BCA). Modus kejahatan kelompok penguras uang nasabah ini adalah membeli ATM yang sudah digandakan atau di-skimming oleh kelompok hacker atau peretas database perbankan lewat website atau laman internet. Dengan ATM tersebut, pelaku pun leluasa menguras uang pemilik rekening melalui penarikan tunai, pembelian debet, dan penukaran valuta asing (Valas).
GNNT dalam penerapannya juga memiliki berbagai hambatan yang mengakibatkan masih lambannya perkembangan cashless society di Indonesia. Hambatan dari GNNT untuk berkembang yaitu jika dibandingkan dengan negara di kawasan ASEAN penggunaan transaksi berbasis elektronik di Indonesia masih relatif rendah. ola pikir uang tunai sebagai alat transaksi keuangan yang praktis, tingkat kehidupan masyarakat Indonesia yang mayoritas masih di bawah garis kemiskinan, proses yang berbelit-belit saat pengajuan permohonan alat transaksi non tunai, buta teknologi bahkan buta huruf, tidak bersentuhan dengan lembaga keuangan bank maupun nonbank, sistem penggajian, loket-loket pembayaran, pusat perbelanjaan yang masih menggunakan dan menerima uang tunai, sampai dengan keinginan untuk melakukan tindakan korupsi, ditengarai sebagai biang kerok yang menyebabkan alat transaksi non tunai mengalami perkembangan yang begitu lambat padahal pangsa pasar Indonesia sangatlah besar mengingat lokasi geografi yang luas dan populasi yang besar. Tentu saja tantangan yang paling berat dan mendasar adalah mengubah pola pikir, perilaku dan budaya masyarakat yang sebelumnya terbiasa menggunakan uang tunai agar lebih percaya dengan alat transaksi non tunai serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-harinya. Kedua, kondisi geografis Indonesia yang berupa kepulauan memerlukan jangkauan layanan sistem pembayaran yang luas. Hal itu perlu didukung oleh infrastruktur sistem pembayaran. Ketiga, pesatnya perkembangan teknologi dan informasi mengandung risiko keamanan.
Strategi yang dijalankan BI untuk menggerakkan cashless society sudah beragam. Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran BI, Eni V Panggabean menyatakan, pihaknya telah bekerjasama dengan pemerintah untuk bantuan tunai menggunakan kartu atau handphone. Tak hanya itu, BI juga telah melakukan kerjasama dengan pemerintah daerah (pemda), provinsi untuk program elektronifikasi menggunakan non tunai untuk pembayaran gaji. Bank Indonesia juga mendorong pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah untuk terlibat dalam program Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT). Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) ini pun memerlukan dukungan dari media cetak, media elektronik dan institusi-institusi perbankan yang diharapkan lebih gencar mensosialisasikan manfaat dan kegunaan melakukan transaksi non tunai kepada masyarakat serta selalu berupaya melakukan ‘jempot bola’ ke pedesaan terpencil karena faktor geografi yang luas dan populasi Indonesia yang besar memberikan tantangan tersendiri bagi implementasi Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT). Selain perlunya mempermudah persyaratan pengajuan alat transaksi non tunai dan terus meningkatkan sisi keamanan dan pelayanan purna jualnya (pelayanan terhadap keluhan konsumen), Bank Indonesia (BI) dan institusi-institusi perbankan perlu melakukan program reward and punishment agar terjadi transaksi ekonomi yang sehat dan meminimalisir terjadinya kredit macet.
Arsitektur sistem pembayaran yang mumpuni penting bagi pemerintah dan masyarakat pada umumnya. Bagi pemerintah, sistem pembayaran yang baik akan membantu dalam menyalurkan uang pemerintah ke rakyat. Sedangkan bagi masyarakat, keandalan suatu sistem pembayaran akan menjamin kelancaran dan keamanan dalam bertransaksi. Melalui Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT), diharapkan secara perlahan tapi pasti terbentuk suatu komunitas atau masyarakat yang setia dan lebih menggunakan alat transaksi non tunai (cashless society) dalam kehidupan sehari-harinya karena tak bisa dipungkiri, alat transaksi non tunai adalah alat transaksi masa depan yang sangat efesien, apalagi bila mengingat gaya hidup masyarakat modern yang selalu menuntut serba cepat, serba instan dan berbasis online. Walaupun bukan berarti menghapus sama sekali peran alat transaksi tunai untuk keperluan nominal kecil, satu hal yang pasti, alat transaksi non tunai selain memiliki banyak manfaat, juga merupakan produk green teknologi.
Sumber:
http://m.kompasiana.com/ameliawulandari/berkenalan-dengan-transaksi-non-tunai_55547cda6523bd221e4af04a
...